“KEMANDIRIAN
REMAJA”
»
karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan remaja mencakup beberapa perubahan antara lain :
1.
Teransisi
biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat tampak pada saat
massa pubertas. Mempengaruhi pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh ( badan menjadi tinggi ),
mulai berfungsinya alat-alat reproduksi ( ditandai dengan haid pada wantia dan
mimpi basah pada laki-laki ) dan tanda-tanda sexsual sekunder yang tumbuh .
2.
Teransisi
kognitif
Pemikiran operasiaonal formal lebih abstrak, idialis, dan logis
dari pada pemikiran operasional konkret. Menurut Piaget bahwa remaja terdorong untuk memahami
dunianya , mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman ,
akan tetapi juga menyesuaikan cara berpikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi
tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
3.
Teransisi
sosial
Di teransisi ini terjadi perubahan dalam hubungan individu dengan
manusia lainnya, antaranya dalam segi emosi, kepribadian, dan peran dari
konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif
terhadap teman sebaya, kebahagian remaja dalam pristiwa tertentu, serta peran
gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam
perkembangan remaja.
» Tugas Perkembangan Remaja
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa usia remaja
merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Pada masa ini terjadi “pemberontakan” yang sebenarnya merupakan upaya remaja
dalam mencari jati diri untuk menunjukkan bahwa dirinya berbeda dan merupakan
proses yang paling penting dalam tahap-tahap pembentukan kepribadian. Jadi
dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai dari aspek biologis dan diakhiri
dengan aspek budaya.
Tugas utama pada masa perkembangan remaja
difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan prilaku kekanak-kanakan serta
berusaha untuk mencari kemampuan bersikap dan berprilaku secara dewasa. Adapun
tugas-tugas perkembangan pada masa remaja pada dasar nya sebagai berikut:
1. Mencapai
kemampuan seksual dalam segala segi, bukan hanya dari segi biologis.
2. Mampu
menerima keadaan fisiknya.
3. Mampu membina
hubungan baik dengan orang lain.
4. Mencapai
kemandirian emosional.
5. Mencapai
kemandirian ekonomi.
6. Mengembangkan
prilaku bertanggung jawab.
7. Memantapkan
identitas.
8. Mengembangkan
rencana kehidupan pribadi.
»
Perkambangan Kemandirian Emosional Remaja
Emosi
merupakan reaksi (kejiwaan) yang muncul karena adanya stimulan. Emosi yang
sangat fluktuatif (mudah berubah)terjadi pada masa remaja dimana remaja sering tidak mampu memutuskan
simpul-simpul ikatan emosional kanak-kanaknya dengan orang tua secara logis dan
objektif. Tidak jarang ditemukan seorang remaja menentang, berdebat, beradu
pendapat, atau mengeritik dengan pedas sikap-sikap orang tuanya. Remaja berusaha mandiri secara emosi, bagi remaja
tuntutan untuk memperoleh kemandirian secara emosional merupakan dorongan
internal dalam mencari jati diri, bebas dari perintah-perintah dan kontrol
orang tua. Remaja menginginkan kebebasan untuk dapat mengatur dirinya sendiri
tanpa bergantung secara emosional pada orang tuanya. Apa bila remaja mengalami
kekecewaan, kesedihan, atau ketakutan maka mereka ingin mengatasi masalah itu
sendiri. Meskipun remaja dapat mendiskusikan masalah-masalahnya dengan orang
tuanya , tetapi mereka ingin memperoleh kemandirian secara emosional dengan
mengatsai sendiri masalah-masalahnya dan status yang menyatakan bahwa dirinya
sudah dewasa.
Perkambangan kemandirian emosional
remaja, tidak terlepas dari interkasi antara orang tuanya. Orang tua merupakan
lingkungan pertama yang paling berperan dalam pengasuhan anak remajanya, sehingga
mempunyai pengaruh yang paling besar pada pembentukan kemandirian emosional
remaja. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak , pada masa ini mood
(suasana hati) bisa berubah dengan cepat hanya memerlukan 45 menit untuk
berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa” , sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk
hal yang sama.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional
yang labil dan belum terkendali dapat berdampak pada kehidupan peribadi maupun
sosialnya. Dia menjadi sering merasa
tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku
agresif. Pertengkaran dan perkelahian sering kali terjadi akibat dari ketidak
setabilan emosinya.
0 komentar:
Posting Komentar